Saturday, December 6, 2008

Pemutakhiran Data Tk. Kab./ Kota ke 2 di 2008

Di penghujung tahun 2008, bulan Desember tanggal 4, telah berlangsung kegiatan “PEMUDA” (Pemutakhiran Data) Kesehatan antara Dinas Kesehatan Kab./Kota dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Sebuah materi dari narasumber dinkes provinsi dalam hal ini disampaikan oleh Kepala Bagian Tata Usaha: Bapak Dr. H. Muchlis Manguluang, MKes menyatakan perlunya pembaharuan dalam pengembangan SIK di Sulsel, kemudian disajikan pengalaman dari 4 kab./kota, masing-masing Kab. Jeneponto, Kab. Enrekang, Kab. Maros dan Kota Parepare.

Menarik apa yang disajikan oleh teman-teman kab./kota, dimana nampak saat ini bahwa SIK bukan lagi menjadi hal yang baru bagi mereka namun SIK sudah menjadi nafas kerja mereka. Ada kab./kota yang sudah pingin sama dengan kab./kota di luar Provinsi Sulsel, ada juga yang berupaya untuk menata lebih optimal internal unit kerja mereka lebih dulu, anyway.. teman-teman di kab./kota sudah mampu melihat kemampuan dan kelemahan mereka masing-masing dalam mengembangkan SIK.

Kondisi tersebut tentunya tidak terlepas dari peran teman-teman di tingkat provinsi. Berawal di tahun 2006, sebuah reformasi telah dilakukan, berkat kerjasama dengan kawan atau saudara kami Bpk Sjahrir Hannanu, kami masuk “dapur data”, mengenal lebih jauh bagaimana membangun sebuah struktur database dan cara kerjanya…sungguh suatu kerja luar biasa, Thanks so much pak Sjahrir….

Meskipun masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam mewujudkan sebuah sistem informasi kesehatan namun hasil yang nyata adalah bahwa teman-teman di kab./kota dapat terbuka cara berfikirnya tentang pengelolaan data dan penggunaan IT untuk mendukung pengolahan tersebut khususnya bagi teman-teman di puskesmas.

Wednesday, November 19, 2008

Kesulitan dibalik aplikasi SIKNAS on line

Pada bulan oktober 2008 yang lalu, telah dilaksanakan sosialisasi muatan data SIKNAS online untuk wilayah timur Indonesia yang penyelenggaraannya dilaksanakan di Makassar dengan peserta meliputi pengelola SIKNAS Sulawesi, Maluku dan Papua. Tidak terasa satu bulan telah berlalu, belum ada pengelola SIKNAS kab./kota di Sulsel yang meng up date datanya di aplikasi tersebut, kecuali pada SPM.
Kenapa……….?
Bagi saya, untuk mengoperasikan aplikasi SIKNAS online tidak sulit amat. Walaupn belum sempat menanyakan ke pengelola kab/kota, tapi saya yaki dengan kemampuan mereka tidak akan kesulitan mengoperasikan aplikasi tersebut. Sedangkn untuk membuka aplikasi tersebut pada jaringan intranet cukup lumayan, walaupun pengelola SIKNAS kab./kota selalu mengeluhkan tentang lambatnya untuk mengakses internet. Tapi perlu diketahui bahwa tujua utama dibangunnya jaringan itu adalah untuk mempercepat komunikasi data, yaitu sebagai jembatan up date aplikasi SIKNAS online.
Terus…….. kesulitannya di mana ????
Kesulitannya terletak pada angka-angka yang akan dientri pada aplikasi tersebut, sulit mendapatkannya. Hal ini yang menjadi masalah bagi pengelola SIKNAS di kab./kota. Sampai dengan saat ini masih kebanyakan merekap (melidi) data dari fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, kemudian dimasukkan ke aplikasi. Lalu …… apa yang sebaiknya dilakukan di daerah untuk mendukung aplikasi tersebut ? Dinkes kab./kota sebaiknya bekerjasama dengan PEMDA untuk megembangkan sistem ke kecamatan atau unit kesehatan lainnya. Tetapi harus memegang prinsip recording, bukan reporting. Artinya menginput data individu secara record. Dengan sistem ini dapat mensupport kebutuhan siapa saja, dengan bentuk format bagaimanapun , datanya tersedia.

Thursday, October 30, 2008

Ending Manis PILwilkota Makassar ….


Harapan Baru 70.000 Warga Miskin Kota Akses terhadap KESEHATAN ? ? ?


Perjamuan itu telah usai, 29 oktober menjadi awal sejarah makassar memulai sebuah demokrasi sejati...rakyat memilih pimpinan yang disukainya.Incumbent menjadi pilihan masyarakat, apresiasinya adalah karena teruji dan berpengalaman, artinya bahwa pembangunan yang dirasakan 5 tahun belakangan ini dapat diterima oleh masyarakat dan sejauh ini sah-sah saja katanya. Makassar boleh jadi menjadi contoh kota yang sukses menyelenggarakan Pilkada di Republik ini ketika dikoran-koran kota mengungkap para kandidat bisa legowo dengan hasil yang ada, setidaknya kontestan dari jagron Ideal pasangan nomor urut 2 Cawali Idris Manggabari secara sportif menerima kekalahan dan berbalik siap menunjang program walikota terpilih (fajar 31 Okt 08).
Masyarakat sudut kota menanti janji-janji yang tidak sekedar buaian seorang ibu disiang hari untuk menidurkan anaknya, 70.000 warga miskin kota menanti akhir mimpinya dengan mata terbuka menatap masa depan yang lebih realistis.” Akses Layanan Gratis Lahir Sampai Mati ”
Bagaimana dengan akses masyarakat terhadap kesehatan ?

Kebijakan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin sudah lama diterapkan di Indonesia. Pelayanan gratis bagi penduduk yang membawa surat miskin dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), desa dan pembagian kartu sehat, adalah contoh kebijakan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dengan strategi “individual targeting”. Berbagai program Instruksi Presiden (Inpres), secara tidak langsung juga mempunyai aspek kebijakan membantu penduduk miskin, misalnya Inpres Obat dan Inpres Samijaga, merupakan contoh kebijakan dengan strategi “geographic targeting” Sebetulnya, kebijakan subsidi tarif pelayanan kesehatan pemerintah, juga merupakan program melayanani kesehatan penduduk miskin. Tarif Rp 500 – Rp 1.000
untuk rawat jalan Puskesmas dan Rp 2.000 – Rp 5.000 untuk rawat inap kelas III di Rumah Sakit Umum (RSU), membantu penduduk yang kemampuannya terbatas. Contoh lainnya program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), yaitu pemberian suplemen gizi bagi anak sekolah yang berada di daerah miskin.
Sejak 1998 muncul kebijakan lebih sistematis dan berskala nasional untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduk miskin, yakni program Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Tahun 2003, pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke rumah sakit (RS) bagi penduduk miskin. Dana ini berasal dari pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM), yang disebut dana Penanggulangan Dampak Pemotongan Subsidi Energi (PDPSE), kemudian diubah namanya menjadi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM). Dana PDPSE langsung diberikan kepada RSU. Baik JPSBK dan PDPSE adalah contoh “supply side approah” dalam memberikan subsidi bagi penduduk miskin. Di tahun 2008 muncul program yang terbaru lagi dari pemerintah yakni Jamkesmas (Jaminan kesehatan masyarakat) yang merupakan metamorfosa dari seluruh program-program pemerintah menyangkut nasib orang miskin di Indonesia.
Seluruh pendanaan program-program di atas bersumber dari pemerintah dan bersifat proyek, karena itu tidak ada jaminan kesinambungannya. Sumber dana dari pemerintah daerah belum dipadukan untuk program pengentasan kemiskinan umumnya dan pembiayaan kesehatan khususnya. Sementara itu, sulit bagi penduduk miskin jika tidak lagi mendapat jaminan seperti yang pernah diperolehnya. Dana masyarakat selama ini juga telah tersedia melalui berbagai lembaga keagamaan yang memiliki potensi cukup besar. Tanpa suatu program berkelanjutan, akan sulit mengangkat penduduk miskin dari lingkaran kemiskinan…
Semoga saja program pengentasan kemiskinan dan pembiayaan kesehatan khususnya di Kota makassar nanti tidak mengikuti kebijakan-kebijakan pendahulunya di Nusantara ini yang hanya sekedar ”launching ”setelah itu mati sebelum tumbuh dan berkembang. Akan tetapi program itu harus suistanable dan tidak bersifat ”Proyek”...
ingatlah 70.000 warga miskin kota kita DAENG !!!................

By. Salim(tetta Mangung)

Saturday, October 18, 2008

SOSIALISASI KOMUNIKASI DATA KAB/KOTA


Pusdatin Depkes RI telah menyelenggarakan sosialisasi Komunikasi data kab./ kota untuk wilayah timur Indonesia yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan Papua sebanyak 74 peserta. Sosialisasi ini dibuka oleh Kepala Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan (dr. H. Muh Saad Bustan, M.Kes) yang didampingi oleh Kepala Bagian Tata Usaha Dinkes Prov. Sulsel (dr. H. Muchlis Manguluang, M.Kes)dan Kepala Bidang Pengembangan Sistem Pusdatin Depkes RI (Hasnawati, SKM, M.Kes). Kegiatan ini berlangsung dari tgl 13 - 16 Oktober 2008.

Wednesday, October 8, 2008

Humanisme Islam: Refleksi di Bulan Syawal

Pelayanan Kesehatan Gratis ” Sebuah Kepedulian”

Betapa Rasulullah saw mampu memikat seluruh elemen penduduk Madinah yang terdiri dari berbagai suku, agama dan latar belakang sosial yang beragam. Di awal kedatangan beliau disana. Beliau tidak pernah melihat dan mengenal Madinah sebelumnya ,bagimana kondisi giografinya, kondisi daerahnya, tata letaknya, bahkan beliau belum pernah bertemu dengan mereka-mereka penduduka madinah , tidak ada hubungan darah dengan mereka,tidak punya teman kerabat, apatahlagi tim pemenang atau relawan.
Pertama sekali yang Rasulullah saw deklarasikan bagi penduduk Madinah yang sedang menanti-nanti kedatangan beliau adalah nilai-nilai ” humanisme dan kepedulian” yang dilandasi dengan sikap mental yang kuat. Inilah tema utama program Nabi ketika mengkampanyekan dirinya dihadapan penduduk Madinah saat itu, dimana kemudian Madinah menjadi tonggak awal kebangkitan islam dan menghantarkan nabi sebagai pemimpin yang mendunia diabadikan sebagai urutan pertama dari 100 tokoh yang paling berpengaruh sepanjang masa.
Mari kita mengikuti taujih atau arahan Rasulullah saw yang beliau sampaikan dengan sangat puitis dihadapan penduduk Madinah:
Dari Abdullah bin Salam berkata: Ketika Rasulullah saw hendak datang di Madinah, manusia pada menunggu-nunggu dan saling memberi kabar: Rasulullah datang, Rasulullah datang. Aku datangi kerumunan manusia. Ketika aku pastikan bisa melihat wajah Rasulullah saw, maka aku yakin bahwa raut wajahnya bukan tipe wajah pembohong. Dan pertama kali yang beliau ucapkan adalah: “Sebarkanlah salam, berilah makan orang yang membutuhkan, sambunglah persaudaraan dan shalat malamlah ketika manusia pada tertidur. Maka anda akan masuk surga dengan selamat.” (Sunan Tirmidzi, Jilid 9, Halaman. 25)
Ada empat program utama Rasulullah dihadapan penduduk Madinah saat itu yang beliau sampaikan secara puitis penuh dengan makna yang begitu dalam yang sangat jauh dari janji-janji yang sangat rentang dari pengingkaran dan penghianatan akan arti sebuah janji.
1.Sebarkanlah salam
2. Wujudkan kepedulian
3. Galang silaturahmi
4. Hidupkan Shalat Malam
Subhanallah...maha suci Engkau YA Allah ... ajaran agama yang sangat mulia bagi kemanusiaan. Betapa tidak, Islam pertama dan utama sekali menyuruh pemeluknya untuk menyebarkan salam yang berarti kedamaian, keselamatan dan kasih sayang Karena salam Islam adalah penghormatan dari Allah swt.
”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh. Semoga keselamatan, kasih sayang dan keberkahan Allah selalu bersama kalian.”
Pelajaran menarik lain adalah bahwa kita tidak boleh pelit dalam mengucapkan salam dan menjawab salam. Justru berlomba untuk memberi doa yang terbaik dan terlengkap untuk saudara kita. Lihatlah taujih Allah swt dalam surat An Nisa’ ayat 86.
”Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”
Penghormatan yang dimaksud disini ialah: dengan mengucapkan ”assalamu’alaikum” dengan tulus ikhlas.
ketika sudah terbiasa dengan salam, sapa dan saling kenal sebagai pintu masuk mengetahui kondisi saudaranya-, ketika kondisi saudaranya sedang membutuhkan bantuan, pertolongan atau baru mendapat masalah, maka anjuran Rasulullah saw selanjtnya adalah agar kita peduli dengannya, menolong sesuai dengan yang apa yang ia butuhkan.
Ramadhan telah mentraining hamba-hamba Allah swt untuk merasakan penderitaan dan kesulitan hidup orang yang tidak berpunya. Dengan training itu muncul sikap kepedulian dan kebersamaan. Orang kaya akan merenung, ”ternyata saudara saya yang belum ketemu nasi dalam sehari sangat menderita”.
Ith’amuth tho’am atau memberi makan orang yang membutuhkan adalah lambang sikap kepedulian. Sehingga ia juga bisa berarti upaya sistematik untuk mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, pelayanan kesehatan yang memadai serta memberi bantuan pendidikan, bahkan gratis.
Subhanallah....15 abad yang lalu rasulullah telah mengenal pelayanan kesehatan gratis dan pendidikan gratis sebagai wujud sebuah kepedulian dan Madinah sebagai pilot projek untuk memwujudkannya sehingga dalam sejarah seorang dokter yang diserahi tugas oleh Rasulullah untuk bertugas diMadinah memohon izin pindah dari Madinah setelah 6 bulan bertugas sejak Rasulullah mencanangkan pemikiran dan upaya sistematik beliau dalam mencanangkan Sikap dan sifat kepedulian itu.
Dokter atau Tabib itu berkata” Ya Rasulullah Izinkan saya pulang kembali ke kampung halamanku ; Kenapa begitu Tabib siapakah kiranya yang mengganggu fikiran dan keadaanmu di Madinah ini hingga kamu tidak betah di Madinah ini ?
” Ya Rasulullah tidak ada yang mengganggu fikirian dan keadaanku disini, bahkan sebaliknya kehidupan di madinah ini sangat aman dan menentramkan dengan penduduknya yang sejahterah dan damai begini.
” Kemudian Rasulullah kembali bertanya ” lalu apa yang menyebabkan kamu tidak betah wahai saudara ?” .
Kemudian tabib itupun berkata ” sudah 4 bulan ini keadaanku dirumah hanya merenung dan tidak melakukan aktifitas apa-apa hingga saya merasa bosan, tidak ada yang bisa kulakukan di Madinah ini dengan profesi Tabib ya Rasulullah, karena sudah 4 bulan ini saya tidak ada pasien, mungkin penduduk Madinah ini sudah tidak ada lagi yang sakit.
Subhanallah,,,pencanangan pelayanan kesehatan gratis yang rasulullah terapkan dimasyarakatnya sangat ampuh sebagai wujud dari sebuah kepedulian, betapa tidak, program yang beliau terapkan tersebut adalah ikhtiar yang dijamin dan dilindungi Allah Swt, yang legalitasnya terpampang jelas dalam Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia agar mendapatkan keselamatan di muka bumi ini termasuk keselamatan dan kesuksesan program beliau dalam membangun ”Madinah sebagai Kota terdepan di Dunia Bukan saja Di Indonesia Timur”.
Allah swt mengecam keras orang yang tidak memiliki rasa kepedulian padahal ia berkecukupan. Bahkan Allah swt mengkatagorikan mereka sebagai pendusta agama. Allah swt berfirman dalam sura Al Ma’un : 1-3.
”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
Ayat inilah yang menjadi dasar pijakan Rasulullah untuk meluruskan niat mewujudkan kepedulian itu, melayani kesehatan masyarakat secara gratis ditengah cercaan 3 kelompok penduduk Madinah yang lebih dulu hidup dan bertempat tinggal dimadinah, Yahudi, Nasrani dan penduduk asli yang beragama animisme, ketakutan dan kekhawatiran itu hilang tertutup oleh rasa takut yang teramat sangat oleh kebencian Allah terhadap orang-orang yang mendustakan agama.
Lantas bagaimana dengan kita, khususnya di sulawesi selatan yang mencoba merengkuh hidayah, memohon magfirah Allah, mewujudkan sebuah kepedulian melalui pelayanan kesehatan gratis terhalang oleh berbagai opini yang mengarah kepada pesimisme, apatisme bahkan penolakan ? ternyata itu adalah Sunnahtullah yang berulang dijaman Dahulu, bagaimana dengan orang yang mengaku islam lantas menolaknya ? Adakah pengingkaran yang lebih dahsyat dari mengingkari Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia agar selamat ? Adakah panggilan yang lebih hina dari seluruh mahluk dimuka bumi ini melebihi Hinanya sebuah panggilan yang Allah berikan kepada Manusia dengan Panggilan Pendusta Agama ?
Kalau umat Islam secara umum mampu menghayati pesan ini, wabil khusus para pemimpin yang diberi amanah untuk melayani rakyatnya, maka tidak ada lagi yang akhirnya mati kelaparan, yang putus sekolah dan menderita sakit dan akhirnya meninggal karena tidak punya biaya berobat, wal iyadzu billah.

By Salim (tetta_mangung)

Wednesday, August 20, 2008

REFLEKSI 63 TAHUN KEMERDEKAAN......Merdekakah kita dengan biaya dan pelayanan kesehatan ???

Sayup-sayup kembali keheningan terasa sekali saat paduan suara Adik-adik AKPER Angin Mammiri mengumandangkan Lagu Indonesia Raya mengiringi Kibaran Sangsaka Merah Putih Menyeruak membela Langit yang tak berawan pagi itu….Tersamar pandangan mataku terselimuti lembar tipis air mata, ada keharuan yang tak kusadari kenapa ….kenapa pagi ini menjadi dramatis begini.Apakah mungkin karena idialime mencari makna merdeka yang sama sekali tidak kutemukan ditengah masyarakatku ?

Kemerdekaan teraih pasti di 63 tahun lamanya,seperti air mengalir setiap tahun diperingati, rutinitas yang tidak membosankan karena Nasionalime yang telah mengakar akan kecintaan menjadi bangsa yang berdaulat.Tapi sudahkah kemerdekaan itu memenuhi semua hajat hidup kita ? karena makna merdeka sejatinya seperti itu…Medekakah kita dengan KESEHATAN ?

INDONESIA RAYA ini adalah salah satu negara dari sedikit negara-negara di dunia, yang belum memiliki sistem pembiayaan kesehatan yang mantap. Padahal kita telah merdeka lebih dari 63 tahun. Banyak negara yang lebih muda, yang merdeka setelah Indonesia, justru telah memiliki sistem pembiayaan kesehatan yang lebih mantap, yang menjadi “model” dan berlaku secara nasional. Dampaknya, jelas terkait dengan kemampuan menyediakan dana kesehatan bagi seluruh rakyat…Medekakah kita dengan KESEHATAN ?

Menurut survei PriceWaterhouse Coopers (1999), sebelum krisis ekonomi (1997), Indonesia membelanjakan 19,1 dollar AS per kapita per tahun untuk pemeliharaan kesehatan, atau sekitar 1,7 persen GDP. Bandingkan dengan Malaysia (97,3 dollar AS atau 2,4 persen GDP), Thailand (108,5 dollar AS atau 4,3 persen GDP), Singapura (667 dollar AS atau 3,5 persen GDP), Taiwan (623,8 dollar AS atau 4,8 persen GDP). Pada waktu itu, GDP per kapita Indonesia diperhitungkan sebesar 1.080 dollar AS...Merdekakah kita dengan KESEHATAN?


Laporan itu juga mengatakan, harapan untuk hidup (life expectancy) Indonesia adalah terendah dibanding negara-negara itu, yaitu 68 tahun. Ratio tempat tidur dibanding jumlah penduduk juga terendah, yaitu 0,6 per 1000. Penyebab kematian, di Indonesia ternyata justru penyakit-penyakit yang sebenarnya telah diketahui cara diagnosa dan terapinya, yaitu infeksi alat pernafasan (15,15 persen) dan TBC (11,5 persen). Sedangkan di negara-negara tetangga kita, penyebab kematian utama adalah kanker atau cardio vaskuler, yang merupakan penyakit-penyakit yang lebih sulit pengobatannya....Merdekakah kita dengan KESEHATAN ?

Cakupan kepesertaan penduduk Indonesia dalam program jaminan sosial sektor kesehatan (compulsory coverage, semacam asuransi kesehatan wajib/sosial) juga terendah, yaitu sekitar 15 persen. Bandingkan dengan Thailand, yang telah mencapai 56 persen dan Taiwan 96 persen. Rendahnya cakupan kepesertaan dalam program asuransi kesehatan, ternyata juga menyebabkan inefisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan....Merdekakah kita dengan KESEHATAN ?

Meski Indonesia hanya membelanjakan sekitar 10 dollar AS per kapita per tahun untuk obat-obatan, sedangkan Taiwan membelanjakan sekitar 83 dollar AS per kapita per tahun, pemakaian obat generik di Indonesia hanya mencapai sekitar 10 persen, sedangkan di Taiwan, pemekaian obat generik mencapai sekitar 70 persen. Sebabnya, dengan kepesertaan sekitar 96 persen penduduk dalam program asuransi kesehatan (sosial) Taiwan dapat menyelenggarakan standardisasi pelayanan, termasuk obat, sehingga dana yang tersedia dapat dimanfaatkan lebih efisien.Itulah sedikit gambaran, mengapa belanja kesehatan Indonesia adalah yang terendah. Dampaknya, ada keterbatasan membangun sarana kesehatan bagi rakyat dan sudah tentu berpengaruh pada status kesehatan rakyat. Meski status kesehatan tidak semata-mata ditentukan kemampuan dana, masalah mobilisasi dana untuk pembiayaan kesehatan (di Indonesia) semakin mendesak....merdekakah kita dengan KESEHATAN ?



Semoga tulisan ini memperoleh perhatian berbagai kalangan, khusus para decision makers di Republik ini dalam waktu sesingkat mungkin, mengingat kita sudah jauh tertinggal dengan negara lainnya di sektor pembiayaan kesehatan ini.


Salim (tetta_mangung).

Tuesday, August 12, 2008

Harapan baru bagi pengelola data

Dalam waktu yang tidak lama lagi, tim penilai fungsional statistisi Depkes RI akan menyelenggarakan pertemuan antara BPS Pusat, BPS provinsi, unsur Dinkes Provinsi, dan BKD Provinsi untuk membicarakan tentang kesediaan BKD untuk mengangkat dan bekerjasama dengan BPS di wilayahnya untuk menilai fungsional statisti yang berkedudukan di unit kerja bidang kesehatan.
Menurut informasi dari tim penilai fungsional statistisi Depkes RI bahwa BPS pusat sudah menyetujui kerjsama tersebut, sekarang tergantung BKD masing-masing daerah. Adapun persyaratan untuk diangkat menjadi fungsional statistisi antara lain : Bertugas pada urusan data dan informasi, memiliki sertifikat pelatihan ststistisi, atau memilki ijazah jurusan Biostatistik, atau ijazah yang berkaitan dengan data dan informasi, misalnya SIMKES, STIMIK, Informatika dll.
Semoga pertemuan nanti berhasil, supaya kualitas data dan informasi aka menjadi lebih baik. Begitupun ragam kemasan akan menjadi lebih banyak.
Selamat menjadi statistisi.............................